Total Tayangan Halaman

Selasa, 27 Maret 2012

The Winner Stories 3 : Kisah Rajawali dan Anak Ayam

Suatu hari, seekor anak ayam yang sedang berkumpul bersama induk dan saudara-saudaranya melihat seekor rajawali terbang dengan gagahnya di angkasa. Anak ayam itu terus memperhatikan dan merasa kagum pada sang rajawali yang dapat terbang ke sana kemari dengan mengepak-ngepakkan sayapnya. Lalu tiba-tiba muncul pertanyaan dalam benaknya, mengapa sang rajawali bisa terbang melintasi angkasa sedangkan dia tidak bisa. Hari demi hari, anak ayam itu selalu teringat pada sang rajawali. Ia sangat ingin bisa terbang seperti rajawali.

Melihat anaknya sering melamun sambil melihat angkasa, induk si ayam pun bertanya,
"Apa yang sedang engkau pikirkan, Anakku ? Kulihat belakangan ini kau sering melamun."
Mendapat pertanyaan seperti itu, si anak ayam malah balik bertanya pada induknya,
"Ibu, mengapa kita tidak bisa terbang seperti rajawali ?"
Sambil tersenyum sang induk ayam pun menjawab, "Tentu saja, Anakku. Dia adalah seekor burung sedangkan kita adalah ayam."


Tidak puas dengan jawaban induknya, si anak ayam kembali bertanya,
"Tapi, Bu. Kita memiliki dua sayap juga seperti dia. Kita pun memiliki ekor dan paruh seperti dia. Kakinya pun berjumlah dua seperti kita juga. Apa bedanya, Bu ?"
Mendapat pertanyaan seperti itu, sang induk ayam terkejut juga, lalu ia pun berkata,
"Tetap saja beda, Anakku. Dia hidup di angkasa sedangkan kita, ayam, hanya bisa mematuk-matuk di daratan. Sudahlah, jangan engkau pikirkan lagi hal itu."

Namun sang anak ayam tidak puas pada jawaban induknya. Ia malah semakin penasaran dan yakin bahwa ia pun pasti bisa terbang seperti rajawali. Semakin hari keinginannya semakin kuat, sehingga akhirnya sang anak ayam memutuskan untuk pergi menemui sang rajawali di puncak gunung dengan harapan sang rajawali mau mengajarkannya terbang.

Berhari-hari melangkah menyusuri hutan, menghadapi berbagai rintangan, si anak ayam terus berjuang mencari sang rajawali. Keinginannya sudah bulat, bahwa ia ingin sekali bisa terbang melintasi angkasa seperti sang rajawali. Sampai pada akhirnya si anak ayam berhasil bertemu dengan sang rajawali di puncak gunung.

Melihat ada seekor anak ayam berjalan tertatih-tatih menghampirinya, sang rajawali terkejut dan merasa heran.
"Hai anak ayam, sedang apa kau di sini ? Dan bagaimana caranya kau bisa sampai di tempat ini ? Sungguh aneh ada seekor anak ayam sepertimu bisa berada di sini."
Anak ayam itu pun menjawab,
"Wahai rajawali yang baik hati, sungguh aku telah melakukan perjalanan jauh untuk dapat bertemu denganmu. Entah sudah berapa lama aku berjalan menyusuri hutan dan berapa banyak rintangan yang kuhadapi. Semua ini kulakukan hanya untuk bertemu denganmu."
Dalam hati sang rajawali merasa bangga, kagum, sekaligus penasaran,
"Apa yang kau inginkan dariku sehingga kau rela melakukan perjalanan sedemikian berat ini ?"
Anak ayam itu kemudian menjelaskan keinginannya.
"Wahai rajawali yang gagah, tidak ada yang kuinginkan darimu saat ini kecuali satu hal saja. Aku mohon kepadamu agar engkau bersedia mengajariku agar aku bisa terbang melintasi angkasa seperti dirimu."

Mendengar jawaban seperti itu, sang rajawali pun tertawa terpingkal-pingkal.
"Hahahaha... Kau sungguh aneh wahai anak ayam yang bodoh. Apa yang membuatmu berpikir untuk bisa terbang seperti diriku ? Tidakkah kau sadari bahwa kau hanya seekor ayam ?"
Melihat sikap sang rajawali, si anak ayam pantang menyerah. Dengan sikap mengiba, si anak ayam menjawab,
"Wahai rajawali. Bukankah kita sama-sama memiliki dua sayap yang aku juga bisa kepakkan seperti dirimu ? Bukankah kita sama-sama memiliki paruh dan ekor, dan dua kaki untuk berpijak ? Menurutku, aku juga akan bisa terbang asalkan engkau mau mengajariku."
Sambil menggeleng-gelengkan kepala, sang rajawali menjawab,
"Sudahlah. Kau hanya membuang-buang waktumu saja. Pulanglah sana ke rumahmu, dan sadarilah bahwa kau hanya seekor ayam."
Namun si anak ayam terus memohon pada sang rajawali.
"Kumohon padamu, wahai rajawali yang baik hati. Aku sudah melakukan perjalanan sejauh ini untuk bertemu denganmu. Kumohon belas kasihan darimu. Aku rela melakukan apapun agar kau mau mengajariku terbang. Seandainya nanti aku bisa terbang, aku akan memberitahukan pada hewan-hewan lain siapa yang telah mengajariku sehingga kau akan semakin mendapatkan penghormatan dari yang lain. Tapi seandainya aku gagal, aku akan bertanggung jawab pada diriku sendiri dan kau tidak akan dirugikan sedikutpun."

Sang rajawali akhirnya berpikir, dan dalam hatinya dia berkata,
"Hmmm... Benar juga apa yang dia katakan. Aku akan semakin dihormati jika aku berhasil mengajarinya terbang. Sedangkan jika dia gagal, aku tidak akan rugi sedikitpun juga."
Setelah mempertimbangkan ucapan si anak ayam dan mengingat perjuangannya untuk belajar terbang, akhirnya sang rajawali berkata pada si anak ayam,
"Baiklah. Aku akan mengajarkanmu terbang. Tapi aku sudah memberitahukanmu sejak awal dan kau siap dengan risikomu sendiri."
Hati anak ayam itu bukan main gembiranya. Berulang kali ia mengucapkan terima kasih pada sang rajawali.

Sejak hari itu, si anak ayam terus belajar dengan mengikuti semua petunjuk yang diberikan sang rajawali. Ia selalu memperhatikan dan meniru setiap gerakan rajawali saat terbang.
Namun, belajar terbang bagi seekor anak ayam tentunya tidak semudah yang dibayangkannya.
Puluhan kali anak ayam itu terjatuh, puluhan kali pula tubuhnya terluka. Tergores ranting, terbentur bebatuan, memar dan terkilir sudah menjadi sesuatu yang harus diterimanya. Tidak jarang anak ayam itu mengalami patah tulang karena terjatuh dari ketinggian. Namun karena keinginannya untuk bisa terbang sedemikian kuat, anak ayam itu tetap melanjutkan belajar pada sang rajawali.


Hingga pada suatu hari sang anak ayam pun perlahan-lahan mulai menguasai teknik terbang dan akhirnya... Dia terbang ! Si anak ayam kini telah bisa terbang seperti burung !
Melintasi langit dengan mengepakkan kedua sayapnya, si anak ayam kini sudah bisa melihat daratan dari ketinggian.


Betapa senangnya anak ayam itu dan juga betapa bangganya sang rajawali karena ia telah berhasil mengajari seekor anak ayam sampai bisa terbang.
Akhirnya sang rajawali pun berkata,
"Hai anak ayam, kini kau sudah bisa terbang layaknya seekor burung. Tugasku sudah selesai dan kau pun telah lulus dalam pelajaran ini. Sekarang kau bisa pulang kembali ke rumahmu dan berkumpul kembali bersama induk dan saudara-saudaramu."
Dengan perasaan senang si anak ayam berkata,
"Wahai rajawali yang baik hati. Terima kasih atas ilmu yang sudah engkau berikan padaku selama ini. Aku kini telah lulus dan aku pun akan segera pulang ke rumahku kembali."


Setelah berterima kasih sekali lagi pada sang rajawali, si anak ayam pun mengucapkan kata perpisahan dan kembali pulang menuju rumahnya. Ia kembali menuruni gunung melewati hutan belantara dengan berjalan kaki. Entah berapa lama perjalanan yang harus ditempuhnya sampai ia pun tiba kembali di rumahnya.

* Para pembaca yang budiman,
kisah di atas memang telah mengajarkan beberapa hal penting yang dapat kita renungkan. Dari mulai impian si anak ayam untuk meraih ilmu yang dia inginkan sampai pada perjuangannya agar dia dapat menguasai ilmu tersebut.
Namun sebenarnya ada satu hal penting pada bagian akhir cerita yang menjadi inti perenungan kita kali ini, yaitu si anak ayam kembali berjalan kaki meskipun ia telah mengetahui bagaimana caranya agar bisa terbang.
Mengapa setelah mendapatkan ilmu yang diinginkannya selama ini dengan perjuangan yang tidak mudah, si anak ayam malah kembali berjalan kaki dan tidak menggunakan ilmunya untuk terbang ?

Para pembaca yang bijaksana,
sebagian besar dari kita sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukan anak ayam dalam cerita tadi.
Seringkali kita begitu sangat menginginkan suatu ilmu, dan kita berupaya dengan susah payah dan pengorbanan yang sangat besar untuk menguasai ilmu tersebut, namun sayangnya setelah kita berhasil mendapatkan dan menguasainya, kita sama sekali tidak mengamalkannya.
Berapa banyak sarjana yang demi mendapatkan ilmu di bangku kuliah, rela mengorbankan biaya yang sangat besar, pikiran dan tenaga yang banyak tercurahkan, dan melewati berbagai macam rintangan dan tugas-tugas berat, namun akhirnya setelah lulus dan mendapat pengakuan atas ilmu yang dimilikinya, ilmu itu tidak digunakannya sama sekali.
Berapa banyak pula orang-orang yang telah mengikuti pelatihan, training, seminar dan lokakarya, dengan mengorbankan biaya yang sangat mahal, pikiran dan tenaga yang terkuras, namun setelah selesai mengikuti pelatihan, training, ataupun seminar dan lokakarya, dia kembali ke lingkungannya dalam keadaan yang sama dengan keadaannya yang sebelumnya.
Ilmunya sama sekali tidak terpakai, tidak diamalkan, dan akhirnya menjadi sia-sia.


Kisah si anak ayam tersebut sebenarnya sudah beberapa kali diceritakan di komunitas para trainer, motivator, guru, maupun para pelatih, namun hanya sedikit yang mampu mencernanya dengan sikap bijaksana.
Mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan orang yang sedikit itu, dan senantiasa mengamalkan ilmu yang kita miliki untuk membantu diri kita sendiri, membantu keluarga kita, dan orang-orang yang berada di sekitar kita.

Salam semangat dari Herlambang, seseorang yang sangat disayangi dan dilimpahi keberkahan oleh Tuhan Pencipta langit dan bumi, dan saya percaya bahwa saya diciptakan untuk memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi diri saya, bagi keluarga, orang banyak, dan alam semesta.