The Winner Stories 3 : Kisah Rajawali dan Anak Ayam
Suatu
hari, seekor anak ayam yang sedang berkumpul bersama induk dan
saudara-saudaranya melihat seekor rajawali terbang dengan gagahnya di
angkasa. Anak ayam itu terus memperhatikan dan merasa kagum pada sang
rajawali yang dapat terbang ke sana kemari dengan mengepak-ngepakkan
sayapnya. Lalu tiba-tiba muncul pertanyaan dalam benaknya, mengapa sang
rajawali bisa terbang melintasi angkasa sedangkan dia tidak bisa. Hari
demi hari, anak ayam itu selalu teringat pada sang rajawali. Ia sangat
ingin bisa terbang seperti rajawali.
Melihat anaknya sering melamun sambil melihat angkasa, induk si ayam pun bertanya,
"Apa yang sedang engkau pikirkan, Anakku ? Kulihat belakangan ini kau sering melamun."
Mendapat pertanyaan seperti itu, si anak ayam malah balik bertanya pada induknya,
"Ibu, mengapa kita tidak bisa terbang seperti rajawali ?"
Sambil tersenyum sang induk ayam pun menjawab, "Tentu saja, Anakku. Dia adalah seekor burung sedangkan kita adalah ayam."
Tidak puas dengan jawaban induknya, si anak ayam kembali bertanya,
"Tapi,
Bu. Kita memiliki dua sayap juga seperti dia. Kita pun memiliki ekor
dan paruh seperti dia. Kakinya pun berjumlah dua seperti kita juga. Apa
bedanya, Bu ?"
Mendapat pertanyaan seperti itu, sang induk ayam terkejut juga, lalu ia pun berkata,
"Tetap
saja beda, Anakku. Dia hidup di angkasa sedangkan kita, ayam, hanya
bisa mematuk-matuk di daratan. Sudahlah, jangan engkau pikirkan lagi hal
itu."
Namun
sang anak ayam tidak puas pada jawaban induknya. Ia malah semakin
penasaran dan yakin bahwa ia pun pasti bisa terbang seperti rajawali.
Semakin hari keinginannya semakin kuat, sehingga akhirnya sang anak ayam
memutuskan untuk pergi menemui sang rajawali di puncak gunung dengan
harapan sang rajawali mau mengajarkannya terbang.
Berhari-hari
melangkah menyusuri hutan, menghadapi berbagai rintangan, si anak ayam
terus berjuang mencari sang rajawali. Keinginannya sudah bulat, bahwa ia
ingin sekali bisa terbang melintasi angkasa seperti sang rajawali.
Sampai pada akhirnya si anak ayam berhasil bertemu dengan sang rajawali
di puncak gunung.
Melihat ada seekor anak ayam berjalan tertatih-tatih menghampirinya, sang rajawali terkejut dan merasa heran.
"Hai
anak ayam, sedang apa kau di sini ? Dan bagaimana caranya kau bisa
sampai di tempat ini ? Sungguh aneh ada seekor anak ayam sepertimu bisa
berada di sini."
Anak ayam itu pun menjawab,
"Wahai
rajawali yang baik hati, sungguh aku telah melakukan perjalanan jauh
untuk dapat bertemu denganmu. Entah sudah berapa lama aku berjalan
menyusuri hutan dan berapa banyak rintangan yang kuhadapi. Semua ini
kulakukan hanya untuk bertemu denganmu."
Dalam hati sang rajawali merasa bangga, kagum, sekaligus penasaran,
"Apa yang kau inginkan dariku sehingga kau rela melakukan perjalanan sedemikian berat ini ?"
Anak ayam itu kemudian menjelaskan keinginannya.
"Wahai
rajawali yang gagah, tidak ada yang kuinginkan darimu saat ini kecuali
satu hal saja. Aku mohon kepadamu agar engkau bersedia mengajariku agar
aku bisa terbang melintasi angkasa seperti dirimu."
Mendengar jawaban seperti itu, sang rajawali pun tertawa terpingkal-pingkal.
"Hahahaha...
Kau sungguh aneh wahai anak ayam yang bodoh. Apa yang membuatmu
berpikir untuk bisa terbang seperti diriku ? Tidakkah kau sadari bahwa
kau hanya seekor ayam ?"
Melihat sikap sang rajawali, si anak ayam pantang menyerah. Dengan sikap mengiba, si anak ayam menjawab,
"Wahai
rajawali. Bukankah kita sama-sama memiliki dua sayap yang aku juga bisa
kepakkan seperti dirimu ? Bukankah kita sama-sama memiliki paruh dan
ekor, dan dua kaki untuk berpijak ? Menurutku, aku juga akan bisa
terbang asalkan engkau mau mengajariku."
Sambil menggeleng-gelengkan kepala, sang rajawali menjawab,
"Sudahlah. Kau hanya membuang-buang waktumu saja. Pulanglah sana ke rumahmu, dan sadarilah bahwa kau hanya seekor ayam."
Namun si anak ayam terus memohon pada sang rajawali.
"Kumohon
padamu, wahai rajawali yang baik hati. Aku sudah melakukan perjalanan
sejauh ini untuk bertemu denganmu. Kumohon belas kasihan darimu. Aku
rela melakukan apapun agar kau mau mengajariku terbang. Seandainya nanti
aku bisa terbang, aku akan memberitahukan pada hewan-hewan lain siapa
yang telah mengajariku sehingga kau akan semakin mendapatkan
penghormatan dari yang lain. Tapi seandainya aku gagal, aku akan
bertanggung jawab pada diriku sendiri dan kau tidak akan dirugikan
sedikutpun."
Sang rajawali akhirnya berpikir, dan dalam hatinya dia berkata,
"Hmmm...
Benar juga apa yang dia katakan. Aku akan semakin dihormati jika aku
berhasil mengajarinya terbang. Sedangkan jika dia gagal, aku tidak akan
rugi sedikitpun juga."
Setelah
mempertimbangkan ucapan si anak ayam dan mengingat perjuangannya untuk
belajar terbang, akhirnya sang rajawali berkata pada si anak ayam,
"Baiklah. Aku akan mengajarkanmu terbang. Tapi aku sudah memberitahukanmu sejak awal dan kau siap dengan risikomu sendiri."
Hati anak ayam itu bukan main gembiranya. Berulang kali ia mengucapkan terima kasih pada sang rajawali.
Sejak
hari itu, si anak ayam terus belajar dengan mengikuti semua petunjuk
yang diberikan sang rajawali. Ia selalu memperhatikan dan meniru setiap
gerakan rajawali saat terbang.
Namun, belajar terbang bagi seekor anak ayam tentunya tidak semudah yang dibayangkannya.
Puluhan
kali anak ayam itu terjatuh, puluhan kali pula tubuhnya terluka.
Tergores ranting, terbentur bebatuan, memar dan terkilir sudah menjadi
sesuatu yang harus diterimanya. Tidak jarang anak ayam itu mengalami
patah tulang karena terjatuh dari ketinggian. Namun karena keinginannya
untuk bisa terbang sedemikian kuat, anak ayam itu tetap melanjutkan
belajar pada sang rajawali.
Hingga
pada suatu hari sang anak ayam pun perlahan-lahan mulai menguasai
teknik terbang dan akhirnya... Dia terbang ! Si anak ayam kini telah
bisa terbang seperti burung !
Melintasi langit dengan mengepakkan kedua sayapnya, si anak ayam kini sudah bisa melihat daratan dari ketinggian.
Betapa
senangnya anak ayam itu dan juga betapa bangganya sang rajawali karena
ia telah berhasil mengajari seekor anak ayam sampai bisa terbang.
Akhirnya sang rajawali pun berkata,
"Hai
anak ayam, kini kau sudah bisa terbang layaknya seekor burung. Tugasku
sudah selesai dan kau pun telah lulus dalam pelajaran ini. Sekarang kau
bisa pulang kembali ke rumahmu dan berkumpul kembali bersama induk dan
saudara-saudaramu."
Dengan perasaan senang si anak ayam berkata,
"Wahai
rajawali yang baik hati. Terima kasih atas ilmu yang sudah engkau
berikan padaku selama ini. Aku kini telah lulus dan aku pun akan segera
pulang ke rumahku kembali."
Setelah
berterima kasih sekali lagi pada sang rajawali, si anak ayam pun
mengucapkan kata perpisahan dan kembali pulang menuju rumahnya. Ia
kembali menuruni gunung melewati hutan belantara dengan berjalan kaki.
Entah berapa lama perjalanan yang harus ditempuhnya sampai ia pun tiba
kembali di rumahnya.
* Para pembaca yang budiman,
kisah
di atas memang telah mengajarkan beberapa hal penting yang dapat kita
renungkan. Dari mulai impian si anak ayam untuk meraih ilmu yang dia
inginkan sampai pada perjuangannya agar dia dapat menguasai ilmu
tersebut.
Namun
sebenarnya ada satu hal penting pada bagian akhir cerita yang menjadi
inti perenungan kita kali ini, yaitu si anak ayam kembali berjalan kaki
meskipun ia telah mengetahui bagaimana caranya agar bisa terbang.
Mengapa
setelah mendapatkan ilmu yang diinginkannya selama ini dengan
perjuangan yang tidak mudah, si anak ayam malah kembali berjalan kaki
dan tidak menggunakan ilmunya untuk terbang ?
Para pembaca yang bijaksana,
sebagian besar dari kita sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukan anak ayam dalam cerita tadi.
Seringkali
kita begitu sangat menginginkan suatu ilmu, dan kita berupaya dengan
susah payah dan pengorbanan yang sangat besar untuk menguasai ilmu
tersebut, namun sayangnya setelah kita berhasil mendapatkan dan
menguasainya, kita sama sekali tidak mengamalkannya.
Berapa
banyak sarjana yang demi mendapatkan ilmu di bangku kuliah, rela
mengorbankan biaya yang sangat besar, pikiran dan tenaga yang banyak
tercurahkan, dan melewati berbagai macam rintangan dan tugas-tugas
berat, namun akhirnya setelah lulus dan mendapat pengakuan atas ilmu
yang dimilikinya, ilmu itu tidak digunakannya sama sekali.
Berapa
banyak pula orang-orang yang telah mengikuti pelatihan, training,
seminar dan lokakarya, dengan mengorbankan biaya yang sangat mahal,
pikiran dan tenaga yang terkuras, namun setelah selesai mengikuti
pelatihan, training, ataupun seminar dan lokakarya, dia kembali ke
lingkungannya dalam keadaan yang sama dengan keadaannya yang sebelumnya.
Ilmunya sama sekali tidak terpakai, tidak diamalkan, dan akhirnya menjadi sia-sia.
Kisah
si anak ayam tersebut sebenarnya sudah beberapa kali diceritakan di
komunitas para trainer, motivator, guru, maupun para pelatih, namun
hanya sedikit yang mampu mencernanya dengan sikap bijaksana.
Mudah-mudahan
kita termasuk ke dalam golongan orang yang sedikit itu, dan senantiasa
mengamalkan ilmu yang kita miliki untuk membantu diri kita sendiri,
membantu keluarga kita, dan orang-orang yang berada di sekitar kita.
Salam
semangat dari Herlambang, seseorang yang sangat disayangi dan dilimpahi
keberkahan oleh Tuhan Pencipta langit dan bumi, dan saya percaya bahwa
saya diciptakan untuk memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi diri
saya, bagi keluarga, orang banyak, dan alam semesta.